Rabu, 01 Maret 2017

ISU-ISU PENTIG DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan bagian dari disiplin ilmu psikologi yang menitikberatkan studi pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur fisik, perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap perkembangannya. Mempelajari psikologi perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan konseling kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri. Psikologi perkembangan akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan kita sendiri. Lebih dari itu, psikologi perkembangan juga berguna sekali bagi pengambilan keputusan dalam merumuskan program-program bantuan bagi anak-anak remaja.
Seiring dengan perkembangan masyarakat kontemporer yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, psikologi pekembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat semakin menyadari betapa individu (anak-anak, remaja, dan dewasa) di zaman modern ini berkembang dengan pesat serta masalah-masalah yang dihadapi di era kini. Perkembangan dan permasalahan-permasalahan ini perlu dipelajari dan dicari penyelesaiannya dengan suatu ilmu yang tepat.
Dalam studi psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, baik dari segi isi atau pokok pembahasan, metode penelitian maupun sifat formalnya. Adanya suatu studi tentunya memiliki isu-isu penting yang dibahas. Begitu juga dengan psikologi perkembangan, ada beberapa isu-isu penting yang krusial dalam perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal dunia yang dibahas dari sisi psikologis.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
2.      Apa sajakah isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
3.      Apakah manfaat mempelajari isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui pengertian isu-isu penting dalam psikologi perkembangan.
2.      Dapat mengetahui berbagai isu penting psikologi perkembangan.
3.      Dapat mengetahui manfaat mempelajari isu-isu penting psikologi perkembangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isu-isu Penting dalam Psikologi Perkembangan
                     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, isu diartikan sebagai masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi. Sementara penting berarti utama, pokok, dan sangat berharga. Dengan demikian, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan berarti masalah-masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi yang bersifat pokok dalam dunia psikologi perkembangan.
Sementara menurut situs ensiklopedia Wikipedia, isu diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu juga sering disebut rumor, kabar burung, dan gosip. Jadi, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan diartikan sebagai peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi atau tak terjadi pada masa mendatang dalam ruang lingkup psikologi perkembangan.
Isu menurut Kamus Oxford berarti sebuah topik penting atau masalah bagi perdebatan atau diskusi. Sedangkan penting berarti cenderung memiliki efek mendalam pada keberhasilan, kelangsungan hidup, atau kesejahteraan. Dengan kata lain, isu-isu penting pada psikologi perkembangan bisa diartikan sebagai sebuah topik penting bagi perdebatan yang cenderung memiliki efek mendalam pada kelangsungan perkembangan manusia.
Sedangkan dalam situs Definitons, isu diartikan sebagai pertanyaan penting yang sedang dalam sengketa dan harus diselesaikan. Sementara penting berarti memiliki efek atau makna. Dengan demikian, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai pertanyaan penting yang diperdebatkan dan berefek serta harus diselesaikan dalam psikologi perkembangan.
Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa isu-isu penting dalam psikologi perkembangan berarti peristiwa berpengaruh yang dapat diperkirakan pada masa mendatang untuk ditanggapi dan bersifat pokok serta harus diselesaikan dalam kajian psikologi perkembangan.
2.2 Macam-macam Isu Penting pada Psikologi Perkembangan
                     Psikologi perkembangan mempelajari proses penuaan. Pertanyaan tentang pengaruh nature dan nurture, periode kritis dan sensitif, kontinuitas dan diskontinuitas, stabilitas dan perubahan telah membimbing banyak penelitian tentang perkembangan.
                     Dalam studi psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, baik dari segi isi atau pokok bahasan, metode penelitian maupun sifat formalnya. Meskipun terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, namun studi psikologi perkembangan yang dilakukan pada dasarnya mengacu pada empat isu utama (Desmita, 2013:28), yaitu:

a)      Sifat dasar manusia
b)     Sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan
c)      Kontribusi nature dan nurture pada perkembangan
d)     Esensi perkembangan
Untuk lebih memahami keempat isu dasar dalam studi psikologi perkembangan tersebut, penguraiannya adalah sebagai berikut.
a)      Sifat dasar manusia
Perkembangan erat kaitannya dengan sifat dasar manusia. Sementara sifat dasar manusia berkaitan pula dengan bagaimana alam semesta berproses. Ada tiga pandangan dasar yang berhubungan dengan studi psikologi perkembangan, yaitu:
1)      Pandangan mekanistik, adalah suatu pandangan yang beranggapan bahwa semua benda di dunia, termasuk organisme hidup dapat dipahami dengan baik sebagai mesin. Dengan kata lain, dunia dianggap seperti mesin yang tersusun dari bagian-bagian yang beroperasi dalam ruang dan waktu. Daya yang diberikan pada bagian-bagian tersebut akan menimbulkan reaksi berantai, sehingga dapat menggerakkan mesin dari suatu keadaan pada keadaan lain. Dengan demikian, proses yang terjadi dapat diprediksi dengan tepat, karena dengan mengetahui keadaan dan daya pada suatu waktu dapat disimpulkan keadaan berikutnya. Menurut pandangan ini, manusia dikatakan sebagai robot yang pasif, yang digerakkan oleh daya yang berasal dari luar dirinya. Perkembangan manusia dipandang sebagai kegiatan yang disebabkan oleh daya dan kejadian pada lingkungannya. Lingkungan hidup manusia adalah lingkungan yang ada di sekelilingnya dan yang mempunyai arti untuk kepentingan hidupnya. Ahli teori mekanistik melihat perkembangan bersifat terus menerus, seperti berjalan atau merangkak naik ke sebuah lereng. Perkembangan, dalam model mekanistik, selalu diatur oleh proses yang sama, memungkinkan prediksi perilaku sebelumnya dari yang akan datang kemudian. Ahli teori mekanistik menghadapi perubahan kuantitatif (perubahan bilangan atau jumlah, seperti tinggi, berat, ukuran kosakata, atau frekuensi komunikasi). Peneliti kuantitatif dapat mengukur seberapa banyak seseorang bisa mengingat, bukan tentang memori atau bagaimana hal tersebut beroperasi. Perubahan kuantitatif sebagian besar bersifat terus menerus dan searah.

2)      Pandangan organismik, adalah pandangan yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu keseluruhan (gestalt), yang lebih daripada hanya penjumlahan dari bagian-bagiannya. Dalam pandangan ini, dunia dilihat sebagai sistem yang hidup, seperti tumbuhan dan hewan. Dengan demikian, pandangan ini lebih menekankan bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian, hubungan antar bagian, dan bagaimana keseluruhan tersebut memberi arti pada bagian-bagiannya. Dalam bidang psikologi misalnya, persepsi visual tidak dapat dipahami hanya dengan melihat proses pada retina, serabut saraf optik, area visual dari corteks, dan seterusnya, melainkan keseluruhan harus dipertimbangkan, termasuk sistem perseptual lain dan fungsi-fungsi kognitif yang lebih tinggi. Ahli teori organismik menekankan perubahan kualitatif (perubahan bentuk, struktur, atau organisasi). Perubahan kualitatif tidak berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan munculnya fenomena baru yang tidak dapat diantisipasi dengan mudah berdasarkan fungsi sebelumnya. Adanya perubahan nonverbal pada anak untuk orang yang memahami kata-kata dan dapat berkomunikasi secara verbal adalah perubahan kualitatif. Ahli teori organismik melihat perkembangan terjadi dalam serangkaian tahap yang berbeda, seperti anak tangga. Pada setiap tahap, orang mengatasi berbagai jenis masalah dan mengembangkan berbagai jenis kemampuan. Setiap tahap dibangun di atas tahap sebelumnya, yang mempersiapkan untuk tahap berikutnya. Ahli teori organismik melihat struktur ini bersifat universal. Semua orang pergi melalui tahap-tahap yang sama dalam urutan yang sama, meskipun melalui waktu yang bervariasi.
3)      Pandangan kontekstual, adalah pandangan yang mengungkapkan bahwa perilaku mempunyai arti hanya dalam kaitannya dengan konteks sosial-historikal. Menurut pandangan ini, perkembangan manusia dibangun atas interaksi kontinu antara semua unsur yang ada di dunia. Artinya, untuk memahami perkembangan manusia secara utuh seseorang tidak hanya dapat memperhatikan gejala-gejala fisik bagian dalam (seperti atom-atom dan molekul-molekul, atau urat-urat daging dan organ-organ), atau gejala psikis (seperti fungsi-fungsi psikologisnya), melainkan juga harus mempertimbangkan gejala-gejala yang ada di luar fisik ( seperti cuaca dan polusi lingkungan), serta peristiwa-peristiwa kebudayaan dan historis. Singkatnya, menurut pandangan ini manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak independen, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya.
b)      Sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan
Perkembangan kualitatif dapat diartikan sebagai perkembangan dalam jenis atau tipe, (misalnya perubahan telur menjadi ulat, kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu). Munculnya karakteristik baru, tidak dapat direduksi ke elemen sebelumnya. Perkembangan ini biasanya melibatkan perubahan strukutur atau organisasi.
Sementara itu, perkembangan kuantitatif adalah perkembangan yang menyangkut jumlah, frekuensi atau derajat, antara lain menyangkut peningkatan efisiensi dan konsistensi. Perkembangan ini bersifat gradual, terjadi dalam bentuk penambahan sedikit demi sedikit, (misalnya penambahan bagian pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan yang diperoleh selama perkembangan).
Beberapa perilaku melibatkan perubahan-perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam beberapa kasus, periode perubahan kualitatif dan kuantitatif terjadi secara bergantian. Contohnya dalam penggunaan materi, seseorang mungkin akan menemukan penambahan jumlah bahan yang diingat dengan cara menghafal (perkembangan kuantitatif). Penambahan memori akhirnya akan diikuti dengan perkembangan strategi (perkembangan kuantitatif), dengan menempatkan bahan-bahan yang diingat dari kategori yang sama dalam suatu kelompok (misalnya makanan, perabot rumah tangga, mainan anak-anak, dan sebagainya). Penambahan berikutnya dalam kecepatan dan ketepatan pengelompokkan bahan yang diingat dalam kategori merupakan perkembangan kuantitatif.
c)      Kontribusi nature dan nurture bagi perkembangan
Nature (alam, sifat dasar) merupakan sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan) dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Untuk mengungkapkan kedua faktor yang mempengaruhi perkembangan ini, digunakan banyak istilah, seperti nativisme-empirisme, endogen-eksogen, biologi-kultur, diperoleh-memperoleh, serta bakat-pengalaman.
Ada pro dan kontra mengenai kontribusi nature dan nurture bagi perkembangan. Profesor bidang biologi Universitas Stanford, Paul Ehlrich dan Marcus Feldman berpendapat bahwa perilaku manusia menunjukkan kompleksitas sehingga program genetik tidak bisa menjelaskan cara orang berkembang. Berbeda dengan psikolog dan peneliti, Gary Marcus yang berpendapat bahwa penelitian dengan jelas menunjukkan bagaimana sejumlah kecil gen mempengaruhi pembelajaran lingkungan kita dengan “menuangkan” untuk menentukan jalur perkembangan perilaku kita (Andrew M. Guest, 2007:2).
Interaksi saling mempengaruhi antara nature dan nurture meliputi dasar-dasar sebagai berikut.
1)      Nature dan nurture menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
2)      Nature dan nurture tidak bisa berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus selalu saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya.
3)      Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk, yaitu suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.
Filsuf Inggris, John Locke menyatakan bahwa anak muda adalah sebagai tabula rasa (suatu keadaan kosong). Sebaliknya, filsuf Perancis, Jean Jacques Rousseau, anak dilahirkan sebagai "orang liar yang mulia" yang berkembang sesuai kecenderungan alami positif mereka sendiri, jika tidak dirusak oleh lingkungan. Kita tahu bahwa kedua pandangan tersebut terlalu sederhana. anak memiliki pandangan internal tentang suatu kebutuhan yang mempengaruhi perkembangan, tetapi anak-anak juga adalah makhluk sosial yang tidak dapat berkembang secara optimal dalam sebuah isolasi (Diane Papalia, 2012:25).
Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat strukturnya, bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman (Syamsu Yusuf, 2005:34). Penurunan sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut.
1)      Reproduksi, berarti penurunan sifat-sifatnya hanya berlangsung melalui sel benih.
2)      Konformitas ( keseragaman), proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis (spesies) generasi sebelumnya, misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat manusia kepada anaknya.
3)      Variasi, karena jumlah gen-gen dalam setiap kromosom sangat banyak, maka kombinasi gen-gen pada setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian, untuk setiap proses penurunan akan terjadi yang bervariasi.
4)      Regresi fillial, yaitu penurunan sifat cenderung ke arah-rata.
Menurut para psikolog yang menekankan peranan bawaan, manusia tumbuh dengan cara tertentu, kecuali dihambat oleh lingkungan yang tidak bersahabat (John W. Santrock, 2012: 22). Dasar-dasar yang bersifat evolusioner dan genetik menghasilkan kesamaan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli yang menekankan pentingnya bawaan menyatakan bahwa lingkungan yang ekstrem (yang secara psikologis gersang dan kejam) dapat menghambat perkembangan. Meskipun demikian, para ahli berkeyakinan bahwa kecenderungan-kecenderungan pertumbuhan yang bersifat mendasar telah terpasang secara genetis pada diri manusia.
Sebaliknya, beberapa psikolog lain yang menekankan pentingya peranan pengasuhan atau pengalaman lingkungan terhadap perkembangan. Pengalaman meliputi pengaruh lingkungan biologis (nutrisi, perawatan medis, obat-obatan, dan kecelakaan fisik) hingga lingkungan sosial (keluarga, kawan sebaya, sekolah, komunitas, media, dan budaya).
Usaha-usaha untuk menerangkan masalah ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian (Singgih D. Gunarsa, 2003:37-42), antara lain:
1)      Kelompok yang menitikberatkan peranan faktor konstitusi atau faktor dunia dalam. Contohnya, seorang anak sejak terbentuknya menjadi manusia baru sudah memperoleh apa-apa untuk menjadi sesuatu. Pengaruh-pengaruh biologis jelas besar sekali dan sering dihubungkan dengan suatu ciri kepribadian.
2)      Kelompok yang menitikberatkan peranan faktor lingkungan atau faktor dunia luar. Peranan rangsangan dari lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang dialami dalam  perjalanan hidup seseorang sudah ditunjukkan pentingnya. Para ahli Ilmu Faal pada akhir abad yang lalau sudah menunjukkan timbulnya tingkah laku dari rangkaian refleks yang satu ke refleks yang lain.

3)      Kelompok interaksionis. Pembahasan mengenai seberapa jauh pentingnya peranan faktor keturunan dan seberapa jauh peranan faktor lingkungan dianggap oleh beberapa  ahli sebagai sesuatu yang tidak penting lagi untuk dilakukan.
d)     Esensi perkembangan
Dalam hal ini terdapat beberapa unit analisis tentang apa yang berkembang, di antaranya struktur kognitif, struktur psikis, strategi proses informasi, penentuan pola tindakan, eksplorasi persepsi, dan perangkat kejiwaan. Pandangan mengenai esensi perkembangan ini tergantung pada asumsi teoritis dan metode penelitian dalam beberapa dimensi (Patricia Miller, 2011:24-25) sebagai berikut.
1)      Level analisis dari molekular (lebih spesifik) ke molar (lebih luas).
2)      Penekanan pada struktur (organisasi perilaku, pemikiran dan kepribadian) atau pada proses (dinamika, fungsi aspek dari sistem).
3)      Isi pembahasan yang dianggap penting (misalnya kepribadian atau kognisi).
4)      Penekanan pada perilaku yang tampak atau pada pemikiran atau kepribadian yang bersifat terselubung.
5)      Metodologi yang dipergunakan untuk meneliti perkembangan.
Selain keempat isu diatas, masih ada isu-isu lain yang berhubungan dengan psikologi perkembangan, antara lain:
e)      Stabilitas dan perubahan
Banyak ahli perkembangan yang memusatkan stabilitas dalam perkembangan berpendapat bahwa stabilitas disebabkan oleh faktor keturunan dan mungkin juga pengalaman awal dalam kehidupan. Sebagai contoh, banyak ahli yang berpendapat bahwa ketika seorang individu memiliki sifat pemalu sepanjang hidupnya, stabilitas berkaitan dengan faktor keturunan dan mungkin juga pengalaman-pengalaman awal ketika bayi atau anak kecil tersebut dihadapkan pada tekanan yang cukup berarti ketika berinteraksi dengan orang lain.
Para ahli perkembangan yang menekankan perubahan, memiliki pandangan yang lebih optimis dan berpendapat bahwa pengalaman di masa selanjutnya dapat menyebabkan perubahan. Dalam perspektif masa hidup, konsep plastisitas yaitu potensi untuk berubah, akan berlangsung terus sepanjang masa hidup. Para ahli menyatakan bahwa seiring dengan meningkatnya usia, maka individu di masa dewasa akhir sering kali memperlihatkan kapasitas yang lebih sedikit untuk berubah atau mempelajari hal-hal baru, dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Meskipun demikian, terdapat banyak orang dewasa akhir yang terus dapat melatih dengan baik hal-hal yang pernah dipelajari di usia muda.
Peran-peran dari pengalaman masa awal dan masa selanjutnya ini merupakan suatu aspek dari isu stabilitas-perubahan yang telah diperdebatkan sejak lama. Beberapa ahli berpendapat, apabila seorang bayi tidak memperoleh pengasuhan yang hangat dan penuh perhatian di sekitar tahun pertamanya maka perkembangannya tidak akan optimal. Para ahli yang menekankan peranan pengalaman di masa selanjutnya berpendapat bahwa anak-anak dapat dibentuk seiring dengan perkembangannya dan pentingnya kepekaan pengasuhan di masa selanjutnya sama pentingnya dengan kepekaan pengasuhan di masa awal kehidupan mereka.
f)       Kontinuitas dan diskontinuitas
Dalam banyak hal, para ahli perkembangan yang menekankan faktor bawaan biasanya mendeskripsikan perkembangan sebagai suatu proses yang berlangsung secara bertahap atau terus-menerus. Mereka yang menekankan peranan faktor bawaan sering kali mendeskripsikan perkembangan sebagai sebuah rangkaian dari berbagai tahap.
Isu ini berpusat sejauh mana perkembangan terjadi secara bertahap dan melibatkan perubahan yang bersifat kumulatif (kontinu) atau tahap-tahap yang berbeda (diskontinu). Dalam pengertian kontinuitas, kata pertama yang diucapkan oleh seorang anak, meskipun tampaknya peristiwa itu berlangsung secara tiba-tiba, pada kenyataannya peristiwa itu merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan praktik yang berlangsung selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Gejala pubertas mungkin tampaknya juga terjadi secara tiba-tiba, namun pada kenyataannya perubahan itu melibatkan suatu proses yang terjadi secara bertahap selama beberapa tahun.
Dalam pengertian diskontinuitas, setiap orang melalui suatu rangkaian tahapan di mana perubahan yang terjadi lebih bersifat kualitatif alih-alih kuantitatif. Contohnya adalah perubahan seekor ulat bulu menjadi kupu-kupu. Demikian pula, pada suatu saat seorang anak berubah dari tidak mampu berpikir abstrak mengenai dunianya menjadi mampu. Perubahan dalam perkembangan ini bersifat kualitatif atau diskontinu, bukan perubahan yang bersifat kuantitatif atau kontinu.

g)      Pengalaman dini dan lanjut
Masalah pengalaman dini-lanjut memusatkan studi pada tingkat di mana pengalaman masa dini (terutama pada masa bayi) atau masa lebih lanjut merupakan determinan kunci dari pekembangan anak. Yaitu,  jika bayi mengalami kejadian yang berbahaya. Bagi mereka yang menekankan pengalaman dini, hidup merupakan jalan yang tidak terputus di mana kualitas psikologis dapat dilacak kembali jejaknya hingga ke asal-usulnya. Sebaliknya, bagi mereka yang menekankan pengalaman lanjut, pertumbuhan itu seperti sungai, terus-menerus mengalir (John W. Santrock, 2007:22-23).
Sementara untuk memenuhi pola perkembangan, berbagai fakta tertentu yang sifatnya fundamental masih harus dipertimbangkan. Masing-masing fakta ini mempunyai implikasi penting sebagai berikut ( Elizabeth B. Hurlock, 2002:5-9).
a)      Sikap kritis pada dasar-dasar permulaan,
b)      Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan,
c)      Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan,
d)     Semua individu berbeda,
e)      Setiap tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik,
f)       Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko,
g)      Perkembangan dibantu rangsangan,
h)      Perkembangan dipengaruhi oleh perubahan budaya, dan
i)        Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan.
 
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dalam dunia psikologi perkembangan terdapat isu-isu penting yang sampai saat ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Isu-isu penting di sini diartikan sebagai peristiwa berpengaruh yang dapat diperkirakan pada masa mendatang untuk ditanggapi dan bersifat pokok serta harus diselesaikan dalam kajian psikologi perkembangan.
Ada beberapa isu-isu penting yang dibahas, antara lain sifat dasar pada diri manusia, sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan, kontribusi nature dan nurture pada perkembangan manusia, esensi dari perkembangan, stabilitas dan perubahan, kontinuitas dan diskontinuitas pada perkembangan, dan pengalaman usia dini.



DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Guest, Andrew. 2007. Taking Sides: Clashing Views in Lifespan Development. Dubuque:                      McGraw-Hill.
Gunarsa, Singgih. 2003. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang       Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Miller, Patricia. 2011. Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publishers.
Papalia, Diane, Ruth Duskin Feldman, dan Gabriela Martorell. 2012. Human Development.       New York: McGraw-Hill.
Passer, Michael, Ronald E. Smith. 2007. Psychology: The Science of Mind and Behaviour.         New York: McGraw-Hill.
Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John. 2012. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:                  Erlangga.
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar