Rabu, 01 Maret 2017

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP PERFORMA KERJA



A. Latar Belakang
Big Five Personality merupakan salah satu teori kepribadian yang berkembang di abad ke-20an. Teori ini memiliki lima faktor kepribadian yang masing-masing faktornya memiliki enam facet. Dengan demikian, Big Five Personality memiliki 30 unsur kepribadian yang mendasari kepribadian setiap orang. Dengan adanya kupasan terhadap kecenderungan kepribadian yang lebih unik ini, diharapkan dapat mendeteksi kreativitas para pekerja dalam rangka meningkatkan kinerjanya (Pervin, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Big Five Personality terhadap kreativitas, dan menganalisis pengaruh kreativitas terhadap kinerja para pekerja melalui deteksi kepribadian, dalam hal ini adalahBig Five Personality. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para pekerja. Manfaat hasil penelitian ini adalah, selain untuk pengembangan ilmu Psikologi Industri dan Organisasi juga untuk mendapatkan jalan keluar atau masukan kepada calon maupun para pekerja mengenai faktor kepribadian Big Five Personality yang dapat meningkatkan kinerja melalui pengembangan kreativitas. Hal yang baru dari penelitian ini adalah untuk menelaah kinerja para pekerja kaitannya dengan kreativitas melalui deteksi kepribadian.
B. Teori Psikologi yang Digunakan
Teori kepribadian yang berkembang saat ini adalah teori kepribadian yang lebih detil yang disebut dengan Big Five Personality. Model Big Five Personality atau Model Lima Besar Kepribadian dibangun dengan pendekatan yang lebih sederhana. Walaupun teori Big Five Personality terlihat begitu kompleks dibanding dengan teori lain sebelumnya, beberapa pendekatan yang dilakukan dalam penelitian-penelitian lebih sederhana. Prosedur yang dipergunakan oleh para peneliti, yaitu mencoba menemukan unsur mendasar dari kepribadian dengan menganalisis kata-kata dalam penyusunan aitem skala yang dipergunakan oleh subjek peneliti. Big Five Personality memiliki reliabilitas dan validitas yang relatif stabil, hingga seseorang menginjak dewasa (Pervin, Cervone, & Oliver, 2012).
Pendekatan teori kepribadian sering dipergunakan dalam rangka mencari solusi mengenai kesulitan-kesulitan yang bersifat personal. Contohnya adalah penelitian Freud tentang introspeksi diri, penelitian Jung tentang kemampuan melakukan visi dan ketertarikan terhadap pengalaman, Rogers meneliti dengan pendekatan optimistik untuk menghadapi tantangan ke depan dan Erikson menemukan tentang identitas unik pada diri (Monte & Robert, 2003).
Model perbedaan individu akan mudah ditunjukkan dengan beberapa level yang disebut dengan “Lima Besar” dimensi. Goldberg (Pervin, 2000) menyatakan penemuan penelitiannya mengenai dimensi bahwa “Besar” artinya ada beberapa sub-sub faktor yang lebih spesifik pada sifat seseorang. “Lima Besar” hampir tidak dapat dijangkau dan abstrak dalam hierarki kepribadian. Eysenck menyebut dengan “Faktor-faktor super”. Meskipun berbeda dalam terminologi untuk “Lima Besar“, faktor yang dimaksud, antara lain Neuroticism (N) atau Neurotisisme, Extraversion (E) atau Ekstraversi, Opennes to experience (O) atau Keterbukaan atas pengalaman, Agreeableness (A) atau Kesepakatan, dan Conscientiousness (C) atau Ketelitian.
John (1990) membuat singkatan atas kelima faktor kepribadian tersebut dengan OCEAN. Sedangkan Digman dan Hogan (1996) menyebutkan dengan istilah Neuroticism (N) mencakup perasaan-perasaan negatif, cemas, sedih, mudah tersentuh, nervous. Faktor Keterbukaan atas pengalaman (O) meliputi keterbukaan, kedalaman dan mental individual yang kompleks dan pengalaman hidup. Ekstraversi (E) dan faktor kesepakatan (A) termasuk interpersonal bahwa seseorang dapat bekerjasama dan bergaul dengan orang lain. Terakhir adalah yang disebut dengan faktor ketelitian (C), menyangkut tugas dan capaian serta kontrol yang merupakan persyaratan sosial.
Lima Faktor Kepribadian ini didesain untuk melihat karakter kepribadian seseorang yang paling penting dalam hidupnya. Hipotesis leksikal yang paling mendasar adalah bahwa perbedaan individu dalam transaksi manusia akan dikode sebagai terminologi tunggal atau semua dari bahasa di dunia (Goldberg, 1990). Variasi dari perbedaan individu lebih pada suatu gabungan dari facet-facet tersebut.
Goldberg (Pervin, 2000) mengilustrasikan arti dari faktor-faktor tersebut. Kepekaan emosi yang merupakan bagian dari Neuroticism (N) dengan sisi lain dari perasaan negatif termasuk kecemasan, sedih, mudah tersinggung, dan gugup. Faktor keterbukaan atas pengalaman (O) digambarkan dengan keluasan, kedalaman dan kompleksitas dari mental individu dalam pengalaman hidup. Faktor ekstraversi (E) dan faktor kesepakatan (A), kedua sifat tersebut lebih bersifat interpersonal, yang berarti perbuatan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Faktor ketelitian (C) telah dijelaskan di awal, lebih berkaitan dengan tugas dan perilaku sebagai tujuan akhir dan pengendalian diri sebagai faktor sosial.
Penelitian Hogan (1996) menghasilkan rangkaian yang lebih tinggi tingkatannya yang menggambarkan kepribadian secara unik sebagai instrumen yang terstandar, sehingga dapat memprediksi hubungan dengan pendekatan kinerja dan beberapa kasus yang mengutamakan pada kemampuan kognisi, khususnya dalam penelitian kepribadian yang berhubungan dengan model Lima Faktor Keribadian (Big Five Personality) yang sering disebut dengan “Lima Besar”.
Barrick dan Mount (1991) meneliti tentang kaitan Lima Faktor Kepribadian dengan kinerja, dalam hal ini menggunakan korelasi terhadap Lima Faktor Kepribadian sebagai prediktor dari kinerja dan kecakapan dalam pelatihan pada lima level pekerjaan. Hasilnya adalah faktor ekstraversi berpengaruh terhadap kinerja untuk level pekerjaan manajer, faktor kesepakatan berpengaruh terhadap kinerja untuk level pekerjaan manajer dan polisi, sedangkan faktor ketelitian berpengaruh terhadap Kinerja untuk semua level pekerjaan, faktor neuroticism berpengaruh terhadap kinerja polisi serta faktor keterbukaan atas Pengalaman dan faktor ekstraversi berpengaruh terhadap kinerja untuk level pekerjaan kecakapan dalam memberikan pelatihan.
C. Metode Penelitian
Dalam jurnal berbahasa Indonesia, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan Regresi Linier Dua Tahap atau Two Stage Least Square (2SLS) dengan SPSS 19. Tahap pertama melakukan regresi faktor Big Five Personality terhadap kreativitas. Tahap kedua melakukan regresi nilai prediksi regresi tahap pertama dengan kinerja anggota DPRD.
Penelitian ini menganalisis variabel-variabel Big Five Personality, kreativitas, dan kinerja. Sedangkan alat ukur yang dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah skala yang diukur dengan skala semantik 10 poin dimana poin 1 untuk penilaian sangat jelek sekali sampai dengan poin 10 untuk penilaian sangat baik sekali (Ferdinand, 2011).
Kinerja anggota Dewan, diungkap dengan menggunakan skala kinerja yang terdiri dari aspek presensi kehadiran, pelayanan masyarakat dan capaian target (termasuk Perda yang telah dihasilkan dan anggota dewan siapa saja yang terlibat). Aspek kinerja didapat dari teori Staw (1991) dan Simamora (2005) yang disesuaikan dengan karakteristik kreativitas pekerjaan anggota Dewan. Sedangkan skala untuk mengungkap kepribadian yang terkait dengan variabel Big Five Personality. Kreativitas anggota Dewan diungkap menggunakan skala sesuai aspek kreativitas (Sternberg, 1999) yaitu (1) pribadi, merupakan interaksi yang dianggap unik dari lingkungan, (2) pendorong, dalam hal ini mendorong sistem yang ada di internal dan eksternal lingkungan, (3) proses, sebagai wujud pengamatan seseorang terhadap permasalahan, dan (4) produk, merupakan hasil dari proses di atas.
Subjek penelitian sebanyak 36 orang dari jumlah anggota Dewan Kota ’S’ sebanyak 50 orang. Walaupun jumlah subjek terbatas, Ferdinand (2011) berpendapat bahwa sampel penelitian sebaiknya lebih besar dari 30 dan kurang dari 500. Jumlah tersebut sudah memadai bagi suatu penelitian. Skala dibagikan ke seluruh anggota DPRD Kota ’S’ dalam empat gelombang sesuai dengan agenda atau jadwal Sidang Komisi pada bulan September dan Oktober 2013 namun hanya 36 orang (72%) yang mengembalikan skala penelitian.
Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel. Uji normalitas data penelitian tahap pertama dan tahap kedua menggunakan uji one sample Kolmogrorov-Smirnov. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha (Nunuly dalam Ghozali, 2011). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat scatterplot antara Standardized Predicted Value (ZPRED) dengan Studentized Residual (SRESID), dan uji multikolinearitas.
Sedangkan dalam jurnal berbahasa Inggris, penelitian ini digunakan dengan menggunakan metode pencarian literatur untuk mengidentifikasi studi validitas kriteria yang terkait dengan Big Five Personality. Ada tiga strategiyangdigunakanuntuk mencariliteratur yang relevan. Pertama, pencariankomputerdilakukandariPsycINFO(1967-1988)danDisertasiAbstrak(1952-1988)untuk menemukansemua rujukankepribadiandalam seleksikerja.Kedua, pencarian manualdilakukanyangterdiri daripemeriksaansumber yang dikutip dalambeberapa referensi yang dijadikantinjauanliteratur, artikel, buku yang membahastentang topik ini, buku panduan tentanginventorikepribadian, dan jurnalyang termasuk dalam referensi-referensi di atas (termasuk Jurnal Psikologi Terapan,Psikologi Personalia, Jurnal AkademiManajemen, Jurnal Perilaku Organisasidan ProsesKeputusanManusia/Perilaku OrganisasidanKinerja Manusia, Jurnal Manajemen, JurnalPerilaku SiswaSMK, JurnalKepribadiandanPsikologiSosial, JurnalKonsultasi,dan JurnalPsikologiKlinis).Ketiga, penelitian dilakukan dengan bantuan lebih dari 60 praktisi yang dihubungi melalui surat untuk memintabantuan mereka dalammengirim ataumenemukanstudivalidasitambahantentang tes-tes kepribadian.
Secara keseluruhan, riset tersebutmenghasilkan231studivaliditas tentang kriteria yang terkait dengan riset tersebut. 117di antaranya dapat diterimauntuk dimasukkandalam analisisini. Sisanya114penelitiantidak dimasukkankarena beberapa alasan.44hasil penelitian dilaporkanuntuk kepentingan nilaiinventarissaja dantidak dimasukkan dalam analisis karenatidakterfokus padavaliditasukurankepribadian.24 hasil penelitianmenggunakanskorkomposityang diekstrak menjadiitem spesifikdariskala yang berbedadan dari instrumen yang berbeda pula.19 hasil penelitiandilaporkanhanya memilikikoefisienvaliditasyang signifikan.15 hasil penelitiandigunakan oleh pihakmiliter ataulaboratoriumdan12 hasil penelitianyang tidakmemberikan informasi memadai.
Sebanyak 162 sampel diperoleh dari 112 studi.Ukuran sampel berkisar antara 13 sampai 1.401 (A4 = 148,11; SD = 185,79), menghasilkan total 23.994 sampel. 39 sampel dilaporkan pada tahun 1950, 52 sampel pada tahun 1960, 33 sampel pada 1970-an, dan 38 sampel pada 1980-an. 50 sampel (31%) dikumpulkan dari sumber-sumber yang tidak diterbitkan dan sebagian besar adalah disertasi yang tidak dipublikasikan.
Penelitiandikategorikanmenjadi limakelompokkerja utamadalamtiga jeniskriteria. Kelompok-kelompokkerjayangprofesional(5% darisampel), yang terdiri dariinsinyur, arsitek, pengacara, akuntan, guru, dokter, danpara menteri; polisi(13% darisampel); manajer(41% darisampel), yang berkisar dari mandorkeeksekutif; penjualan(17% darisampel); dan terampilsemi-terampil (24% darisampel), yang terdiri dari berbagaipekerjaan sepertirohaniawan, perawat, petani, pramugari, asisten medis, mantri, teknisi bagasimaskapai penerbangan, perakit, operator telepon, pegawaitoko kelontong, sopir truk, danpekerja produksi. Tiga jeniskriteriaadalahkecakapankerja(68% darisampel), kecakapan pelatihan(12% darisampel), dan datapersonil(33% darisampel).
D. Analisis Teori
Topik yang diangkat penulis adalah mengenai pengaruh Big Five Personality yang terdiri dari faktor neuroticism, extraversion, openness to experience, agreebleness, dan conscientiousness terhadap performa kerja. Dalam jurnal berbahasa Indonesia, topik lebih ditekankan terhadap kreativitas dan implikasinya pada kinerja anggota DPRD Kota ‘S’ periode 2009-2014. Sedangkan dalam jurnal berbahasa Inggris, topik lebih ditekankan pada tiga kriteria performa kerja (kecakapan kerja, kecakapan pelatihan, dan data personil) terhadap lima kelompok pekerjaan (professionals, police, managers, sales, dan skilled/semi-skilled).
                Dalam kedua jurnal disinggung teori Big Five Personality yang terdiri dari Neuroticism (N) atau Neurotisisme, Extraversion (E) atau Ekstraversi, Opennes to experience (O) atau Keterbukaan atas pengalaman, Agreeableness (A) atau Kesepakatan, dan Conscientiousness (C) atau Ketelitian yang keseluruhannya memengaruhi kinerja seseorang. Hal ini sesuai dengan berbagai temuan penelitian pada tiap-tiap trait berikut ini untuk memberikan beberapa penelitian menarik yang diilhami oleh model lima faktor kepribadian (King, 2010) :
1.     Lucas & Fujita (2000 dalam King, 2010) berpendapat bahwa Neuroticism lebih sering dikaitkan dengan perasaan emosi negatif daripada emosi positif dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan lebih lama mengalami keadaan-keadaan negatif. Neurositisme menggambarkan tingkat kecemasan seseorang, ketidakmampuan mengontrol dorongan, dan kecenderungannya merasakan emosi negatif  seperti kemarahan, rasa bersalah, kebencian, dan penolakan. Individu yang neurotik sering merasa khawatir, sering mengeluh, dan pembangkang, bahkan saat mereka tidak memiliki masalah dalam kehidupan mereka. Mereka selalu melihat sisi pahit dari kehidupan dan tidak dapat merasakan sisi kehidupan yang menyenangkan (Wade & Tavris, 2007).
2.     Emmons & Diener (1986 dalam King, 2010) berpendapat bahwa orang-orang yang extrovert lebih mungkin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial.Faktor ini mencakup trait seperti banyak bicara, suka bersosialisasi, suka berpetualang, dan ingin tampil di depan umum (Wade & Tavris, 2007).
3.     King, McKee-Walker, & Broyles (1996 dalam King, 2010) berpendapat bahwa Openness dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi, nilai-nilai liberal, keterbukaan pikiran, dan toleransi. Openness to experience dikaitkan dengan kretivitas dan pencapaian kreatif.
4.     King & Broyles (1997 dalam King, 2010) berpendapat bahwa Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan, dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik.
5.     Jensen-Campbell & Malcolm (2007 dalam King, 2010) berpendapat bahwa Conscientiousness dihugungkan dengan kualitas persahabatan yang lebih baik.
Bagusnya lagi, Big Five Personality cukup stabil dalam kurun waktu kehidupan manusia, terutama saat seseorang memasuki usia 30 tahun. Survei terhadap ribuan orang di 10 negara dan meta-analisis terhadap penelitian longitudinal menemukan bahwa walaupun kaum muda (16 sampai 21 tahun) merupakan kalangan yang paling neurotik (secara emosional negatif), dan paling sulit dihadapi, serta paling malas, mereka cenderung menjadi orang yang lebih menyenangkan, lebih tekun, dan menjadi lebih positif saat menginjak usia 30 hingga 40 tahun (Wade & Tavris, 2007).
Pada usia yang lebih dewasa, orang menjadi lebih kurang extrovert dan menjadi kurang terbuka pada pengalaman baru. Perubahan-perubahan ini ditemukan di berbagai negara sehingga mencerminkan universalitas pengalaman orang dewasa, seperti pekerjaan, tanggung jawab keluarga, atau perubahan kedewasaan umum sepanjang kehidupan seseorang (Wade & Tavris, 2007).


DAFTAR PUSTAKA
King, L. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika
Wade, C., dan Tavris, C. (2007). Psikologi: Edisi Ke-9. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar