BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Psikologi
perkembangan merupakan bagian dari disiplin ilmu psikologi yang menitikberatkan
studi pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur fisik, perilaku dan
fungsi mental manusia dalam berbagai tahap perkembangannya. Mempelajari
psikologi perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan
konseling kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga
berguna dalam memahami diri kita sendiri. Psikologi perkembangan akan
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan kita sendiri.
Lebih dari itu, psikologi perkembangan juga berguna sekali bagi pengambilan
keputusan dalam merumuskan program-program bantuan bagi anak-anak remaja.
Seiring
dengan perkembangan masyarakat kontemporer yang ditandai dengan
perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan
individu, psikologi pekembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat.
Masyarakat semakin menyadari betapa individu (anak-anak, remaja, dan dewasa) di
zaman modern ini berkembang dengan pesat serta masalah-masalah yang dihadapi di
era kini. Perkembangan dan permasalahan-permasalahan ini perlu dipelajari dan
dicari penyelesaiannya dengan suatu ilmu yang tepat.
Dalam
studi psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, baik
dari segi isi atau pokok pembahasan, metode penelitian maupun sifat formalnya. Adanya
suatu studi tentunya memiliki isu-isu penting yang dibahas. Begitu juga dengan
psikologi perkembangan, ada beberapa isu-isu penting yang krusial dalam
perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal dunia yang dibahas dari sisi
psikologis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
2. Apa
sajakah isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
3. Apakah
manfaat mempelajari isu-isu penting dalam psikologi perkembangan?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Dapat mengetahui
pengertian isu-isu penting dalam psikologi perkembangan.
2.
Dapat mengetahui
berbagai isu penting psikologi perkembangan.
3.
Dapat mengetahui
manfaat mempelajari isu-isu penting psikologi perkembangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Isu-isu
Penting dalam Psikologi Perkembangan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, isu diartikan sebagai masalah yang dikedepankan untuk
ditanggapi. Sementara penting berarti utama, pokok, dan sangat berharga. Dengan
demikian, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan berarti masalah-masalah
yang dikedepankan untuk ditanggapi yang bersifat pokok dalam dunia psikologi
perkembangan.
Sementara
menurut situs ensiklopedia Wikipedia, isu diartikan sebagai suatu peristiwa
atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa
mendatang. Isu juga sering disebut rumor, kabar burung, dan gosip. Jadi,
isu-isu penting dalam psikologi perkembangan diartikan sebagai peristiwa yang
dapat diperkirakan terjadi atau tak terjadi pada masa mendatang dalam ruang lingkup
psikologi perkembangan.
Isu
menurut Kamus Oxford berarti sebuah topik penting atau masalah bagi perdebatan
atau diskusi. Sedangkan penting berarti cenderung memiliki efek mendalam pada
keberhasilan, kelangsungan hidup, atau kesejahteraan. Dengan kata lain, isu-isu
penting pada psikologi perkembangan bisa diartikan sebagai sebuah topik penting
bagi perdebatan yang cenderung memiliki efek mendalam pada kelangsungan
perkembangan manusia.
Sedangkan
dalam situs Definitons, isu diartikan sebagai pertanyaan penting yang sedang
dalam sengketa dan harus diselesaikan. Sementara penting berarti memiliki efek
atau makna. Dengan demikian, isu-isu penting dalam psikologi perkembangan dapat
diartikan sebagai pertanyaan penting yang diperdebatkan dan berefek serta harus
diselesaikan dalam psikologi perkembangan.
Dari
keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa isu-isu penting dalam
psikologi perkembangan berarti peristiwa berpengaruh yang dapat diperkirakan
pada masa mendatang untuk ditanggapi dan bersifat pokok serta harus
diselesaikan dalam kajian psikologi perkembangan.
2.2 Macam-macam Isu
Penting pada Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan
mempelajari proses penuaan. Pertanyaan tentang pengaruh nature dan nurture,
periode kritis dan sensitif, kontinuitas dan diskontinuitas, stabilitas dan
perubahan telah membimbing banyak penelitian tentang perkembangan.
Dalam studi
psikologi perkembangan terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, baik dari
segi isi atau pokok bahasan, metode penelitian maupun sifat formalnya. Meskipun
terdapat berbagai teori yang berbeda-beda, namun studi psikologi perkembangan
yang dilakukan pada dasarnya mengacu pada empat isu utama (Desmita, 2013:28),
yaitu:
a) Sifat
dasar manusia
b) Sifat
kualitatif dan kuantitatif perkembangan
c) Kontribusi
nature dan nurture pada perkembangan
d) Esensi
perkembangan
Untuk
lebih memahami keempat isu dasar dalam studi psikologi perkembangan tersebut,
penguraiannya adalah sebagai berikut.
a)
Sifat dasar
manusia
Perkembangan
erat kaitannya dengan sifat dasar manusia. Sementara sifat dasar manusia
berkaitan pula dengan bagaimana alam semesta berproses. Ada tiga pandangan
dasar yang berhubungan dengan studi psikologi perkembangan, yaitu:
1)
Pandangan
mekanistik, adalah suatu pandangan yang beranggapan bahwa semua benda di dunia,
termasuk organisme hidup dapat dipahami dengan baik sebagai mesin. Dengan kata
lain, dunia dianggap seperti mesin yang tersusun dari bagian-bagian yang
beroperasi dalam ruang dan waktu. Daya yang diberikan pada bagian-bagian
tersebut akan menimbulkan reaksi berantai, sehingga dapat menggerakkan mesin
dari suatu keadaan pada keadaan lain. Dengan demikian, proses yang terjadi
dapat diprediksi dengan tepat, karena dengan mengetahui keadaan dan daya pada
suatu waktu dapat disimpulkan keadaan berikutnya. Menurut pandangan ini,
manusia dikatakan sebagai robot yang pasif, yang digerakkan oleh daya yang
berasal dari luar dirinya. Perkembangan manusia dipandang sebagai kegiatan yang
disebabkan oleh daya dan kejadian pada lingkungannya. Lingkungan hidup manusia
adalah lingkungan yang ada di sekelilingnya dan yang mempunyai arti untuk
kepentingan hidupnya. Ahli teori mekanistik
melihat perkembangan bersifat terus menerus, seperti berjalan atau merangkak naik ke sebuah
lereng. Perkembangan, dalam model
mekanistik, selalu diatur oleh proses yang sama, memungkinkan prediksi perilaku
sebelumnya dari yang akan datang kemudian. Ahli
teori mekanistik menghadapi perubahan kuantitatif (perubahan bilangan atau
jumlah, seperti tinggi, berat, ukuran kosakata, atau frekuensi komunikasi).
Peneliti kuantitatif dapat mengukur seberapa banyak seseorang bisa mengingat,
bukan tentang memori atau bagaimana hal tersebut beroperasi. Perubahan
kuantitatif sebagian besar bersifat terus menerus dan searah.
2)
Pandangan
organismik, adalah pandangan yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu
keseluruhan (gestalt), yang lebih daripada hanya penjumlahan dari
bagian-bagiannya. Dalam pandangan ini, dunia dilihat sebagai sistem yang hidup,
seperti tumbuhan dan hewan. Dengan demikian, pandangan ini lebih menekankan
bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian, hubungan antar bagian,
dan bagaimana keseluruhan tersebut memberi arti pada bagian-bagiannya. Dalam
bidang psikologi misalnya, persepsi visual tidak dapat dipahami hanya dengan melihat
proses pada retina, serabut saraf optik, area visual dari corteks, dan
seterusnya, melainkan keseluruhan harus dipertimbangkan, termasuk sistem
perseptual lain dan fungsi-fungsi kognitif yang lebih tinggi. Ahli teori organismik menekankan
perubahan kualitatif (perubahan bentuk, struktur, atau organisasi). Perubahan
kualitatif tidak berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan munculnya fenomena baru
yang tidak dapat diantisipasi dengan mudah berdasarkan fungsi sebelumnya.
Adanya perubahan nonverbal pada anak untuk orang yang memahami kata-kata dan
dapat berkomunikasi secara verbal adalah perubahan kualitatif. Ahli
teori organismik melihat
perkembangan terjadi dalam serangkaian
tahap yang berbeda, seperti anak tangga. Pada setiap tahap, orang mengatasi berbagai jenis masalah dan mengembangkan berbagai jenis kemampuan. Setiap tahap dibangun di atas tahap sebelumnya, yang mempersiapkan
untuk tahap berikutnya. Ahli teori organismik melihat
struktur ini bersifat universal.
Semua orang pergi melalui tahap-tahap
yang sama dalam urutan yang sama,
meskipun melalui waktu yang bervariasi.
3)
Pandangan
kontekstual, adalah pandangan yang mengungkapkan bahwa perilaku mempunyai arti
hanya dalam kaitannya dengan konteks sosial-historikal. Menurut pandangan ini,
perkembangan manusia dibangun atas interaksi kontinu antara semua unsur yang
ada di dunia. Artinya, untuk memahami perkembangan manusia secara utuh
seseorang tidak hanya dapat memperhatikan gejala-gejala fisik bagian dalam
(seperti atom-atom dan molekul-molekul, atau urat-urat daging dan organ-organ),
atau gejala psikis (seperti fungsi-fungsi psikologisnya), melainkan juga harus
mempertimbangkan gejala-gejala yang ada di luar fisik ( seperti cuaca dan
polusi lingkungan), serta peristiwa-peristiwa kebudayaan dan historis. Singkatnya,
menurut pandangan ini manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia
tidak independen, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya.
b) Sifat
kualitatif dan kuantitatif perkembangan
Perkembangan
kualitatif dapat diartikan sebagai perkembangan dalam jenis atau tipe,
(misalnya perubahan telur menjadi ulat, kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu).
Munculnya karakteristik baru, tidak dapat direduksi ke elemen sebelumnya.
Perkembangan ini biasanya melibatkan perubahan strukutur atau organisasi.
Sementara
itu, perkembangan kuantitatif adalah perkembangan yang menyangkut jumlah,
frekuensi atau derajat, antara lain menyangkut peningkatan efisiensi dan
konsistensi. Perkembangan ini bersifat gradual, terjadi dalam bentuk penambahan
sedikit demi sedikit, (misalnya penambahan bagian pengetahuan, kebiasaan dan
keterampilan yang diperoleh selama perkembangan).
Beberapa
perilaku melibatkan perubahan-perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam beberapa kasus, periode perubahan kualitatif dan kuantitatif terjadi
secara bergantian. Contohnya dalam penggunaan materi, seseorang mungkin akan
menemukan penambahan jumlah bahan yang diingat dengan cara menghafal
(perkembangan kuantitatif). Penambahan memori akhirnya akan diikuti dengan
perkembangan strategi (perkembangan kuantitatif), dengan menempatkan
bahan-bahan yang diingat dari kategori yang sama dalam suatu kelompok (misalnya
makanan, perabot rumah tangga, mainan anak-anak, dan sebagainya). Penambahan
berikutnya dalam kecepatan dan ketepatan pengelompokkan bahan yang diingat
dalam kategori merupakan perkembangan kuantitatif.
c) Kontribusi
nature dan nurture bagi perkembangan
Nature
(alam, sifat dasar) merupakan sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau
yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan nurture (pemeliharaan,
pengasuhan) dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Untuk mengungkapkan kedua
faktor yang mempengaruhi perkembangan ini, digunakan banyak istilah, seperti nativisme-empirisme,
endogen-eksogen, biologi-kultur, diperoleh-memperoleh, serta bakat-pengalaman.
Ada
pro dan kontra mengenai kontribusi nature dan nurture bagi perkembangan.
Profesor bidang biologi Universitas Stanford, Paul Ehlrich dan Marcus Feldman berpendapat
bahwa perilaku manusia menunjukkan kompleksitas sehingga program genetik tidak
bisa menjelaskan cara orang berkembang. Berbeda dengan psikolog dan peneliti,
Gary Marcus yang berpendapat bahwa penelitian dengan jelas menunjukkan
bagaimana sejumlah kecil gen mempengaruhi pembelajaran lingkungan kita dengan
“menuangkan” untuk menentukan jalur perkembangan perilaku kita (Andrew M.
Guest, 2007:2).
Interaksi
saling mempengaruhi antara nature dan nurture meliputi dasar-dasar sebagai
berikut.
1)
Nature dan nurture
menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
2)
Nature dan
nurture tidak bisa berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus
selalu saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya.
3)
Interaksi dapat
dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk, yaitu
suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan
terjadi.
Filsuf
Inggris, John Locke
menyatakan bahwa anak muda adalah sebagai tabula rasa (suatu keadaan kosong).
Sebaliknya, filsuf Perancis, Jean Jacques Rousseau, anak
dilahirkan sebagai "orang liar yang mulia" yang berkembang sesuai kecenderungan
alami positif mereka sendiri,
jika tidak dirusak oleh lingkungan. Kita tahu bahwa
kedua pandangan tersebut terlalu
sederhana. anak memiliki pandangan
internal tentang suatu kebutuhan
yang mempengaruhi perkembangan, tetapi anak-anak juga adalah
makhluk sosial yang tidak dapat
berkembang secara optimal dalam sebuah
isolasi (Diane Papalia, 2012:25).
Adapun
yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat strukturnya, bukan tingkah
laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman (Syamsu Yusuf,
2005:34). Penurunan sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut.
1) Reproduksi,
berarti penurunan sifat-sifatnya hanya berlangsung melalui sel benih.
2) Konformitas
( keseragaman), proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis (spesies)
generasi sebelumnya, misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat manusia
kepada anaknya.
3) Variasi,
karena jumlah gen-gen dalam setiap kromosom sangat banyak, maka kombinasi
gen-gen pada setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula.
Dengan demikian, untuk setiap proses penurunan akan terjadi yang bervariasi.
4) Regresi
fillial, yaitu penurunan sifat cenderung ke arah-rata.
Menurut
para psikolog yang menekankan peranan bawaan, manusia tumbuh dengan cara
tertentu, kecuali dihambat oleh lingkungan yang tidak bersahabat (John W.
Santrock, 2012: 22). Dasar-dasar yang bersifat evolusioner dan genetik
menghasilkan kesamaan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli yang
menekankan pentingnya bawaan menyatakan bahwa lingkungan yang ekstrem (yang
secara psikologis gersang dan kejam) dapat menghambat perkembangan. Meskipun
demikian, para ahli berkeyakinan bahwa kecenderungan-kecenderungan pertumbuhan
yang bersifat mendasar telah terpasang secara genetis pada diri manusia.
Sebaliknya,
beberapa psikolog lain yang menekankan pentingya peranan pengasuhan atau
pengalaman lingkungan terhadap perkembangan. Pengalaman meliputi pengaruh
lingkungan biologis (nutrisi, perawatan medis, obat-obatan, dan kecelakaan
fisik) hingga lingkungan sosial (keluarga, kawan sebaya, sekolah, komunitas,
media, dan budaya).
Usaha-usaha
untuk menerangkan masalah ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
(Singgih D. Gunarsa, 2003:37-42), antara lain:
1) Kelompok
yang menitikberatkan peranan faktor konstitusi atau faktor dunia dalam.
Contohnya, seorang anak sejak terbentuknya menjadi manusia baru sudah
memperoleh apa-apa untuk menjadi sesuatu. Pengaruh-pengaruh biologis jelas
besar sekali dan sering dihubungkan dengan suatu ciri kepribadian.
2) Kelompok
yang menitikberatkan peranan faktor lingkungan atau faktor dunia luar. Peranan
rangsangan dari lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang dialami dalam perjalanan hidup seseorang sudah ditunjukkan
pentingnya. Para ahli Ilmu Faal pada akhir abad yang lalau sudah menunjukkan
timbulnya tingkah laku dari rangkaian refleks yang satu ke refleks yang lain.
3) Kelompok
interaksionis. Pembahasan mengenai seberapa jauh pentingnya peranan faktor
keturunan dan seberapa jauh peranan faktor lingkungan dianggap oleh
beberapa ahli sebagai sesuatu yang tidak
penting lagi untuk dilakukan.
d) Esensi
perkembangan
Dalam
hal ini terdapat beberapa unit analisis tentang apa yang berkembang, di
antaranya struktur kognitif, struktur psikis, strategi proses informasi,
penentuan pola tindakan, eksplorasi persepsi, dan perangkat kejiwaan. Pandangan
mengenai esensi perkembangan ini tergantung pada asumsi teoritis dan metode
penelitian dalam beberapa dimensi (Patricia Miller, 2011:24-25) sebagai
berikut.
1)
Level analisis
dari molekular (lebih spesifik) ke molar (lebih luas).
2)
Penekanan pada
struktur (organisasi perilaku, pemikiran dan kepribadian) atau pada proses
(dinamika, fungsi aspek dari sistem).
3)
Isi pembahasan
yang dianggap penting (misalnya kepribadian atau kognisi).
4)
Penekanan pada
perilaku yang tampak atau pada pemikiran atau kepribadian yang bersifat
terselubung.
5)
Metodologi yang
dipergunakan untuk meneliti perkembangan.
Selain
keempat isu diatas, masih ada isu-isu lain yang berhubungan dengan psikologi
perkembangan, antara lain:
e) Stabilitas
dan perubahan
Banyak
ahli perkembangan yang memusatkan stabilitas dalam perkembangan berpendapat
bahwa stabilitas disebabkan oleh faktor keturunan dan mungkin juga pengalaman
awal dalam kehidupan. Sebagai contoh, banyak ahli yang berpendapat bahwa ketika
seorang individu memiliki sifat pemalu sepanjang hidupnya, stabilitas berkaitan
dengan faktor keturunan dan mungkin juga pengalaman-pengalaman awal ketika bayi
atau anak kecil tersebut dihadapkan pada tekanan yang cukup berarti ketika
berinteraksi dengan orang lain.
Para
ahli perkembangan yang menekankan perubahan, memiliki pandangan yang lebih
optimis dan berpendapat bahwa pengalaman di masa selanjutnya dapat menyebabkan
perubahan. Dalam perspektif masa hidup, konsep plastisitas yaitu potensi untuk
berubah, akan berlangsung terus sepanjang masa hidup. Para ahli menyatakan
bahwa seiring dengan meningkatnya usia, maka individu di masa dewasa akhir
sering kali memperlihatkan kapasitas yang lebih sedikit untuk berubah atau
mempelajari hal-hal baru, dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda.
Meskipun demikian, terdapat banyak orang dewasa akhir yang terus dapat melatih
dengan baik hal-hal yang pernah dipelajari di usia muda.
Peran-peran
dari pengalaman masa awal dan masa selanjutnya ini merupakan suatu aspek dari
isu stabilitas-perubahan yang telah diperdebatkan sejak lama. Beberapa ahli
berpendapat, apabila seorang bayi tidak memperoleh pengasuhan yang hangat dan
penuh perhatian di sekitar tahun pertamanya maka perkembangannya tidak akan
optimal. Para ahli yang menekankan peranan pengalaman di masa selanjutnya
berpendapat bahwa anak-anak dapat dibentuk seiring dengan perkembangannya dan
pentingnya kepekaan pengasuhan di masa selanjutnya sama pentingnya dengan
kepekaan pengasuhan di masa awal kehidupan mereka.
f) Kontinuitas
dan diskontinuitas
Dalam
banyak hal, para ahli perkembangan yang menekankan faktor bawaan biasanya
mendeskripsikan perkembangan sebagai suatu proses yang berlangsung secara bertahap
atau terus-menerus. Mereka yang menekankan peranan faktor bawaan sering kali
mendeskripsikan perkembangan sebagai sebuah rangkaian dari berbagai tahap.
Isu
ini berpusat sejauh mana perkembangan terjadi secara bertahap dan melibatkan
perubahan yang bersifat kumulatif (kontinu) atau tahap-tahap yang berbeda
(diskontinu). Dalam pengertian kontinuitas, kata pertama yang diucapkan oleh
seorang anak, meskipun tampaknya peristiwa itu berlangsung secara tiba-tiba,
pada kenyataannya peristiwa itu merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan
praktik yang berlangsung selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Gejala
pubertas mungkin tampaknya juga terjadi secara tiba-tiba, namun pada
kenyataannya perubahan itu melibatkan suatu proses yang terjadi secara bertahap
selama beberapa tahun.
Dalam
pengertian diskontinuitas, setiap orang melalui suatu rangkaian tahapan di mana
perubahan yang terjadi lebih bersifat kualitatif alih-alih kuantitatif.
Contohnya adalah perubahan seekor ulat bulu menjadi kupu-kupu. Demikian pula,
pada suatu saat seorang anak berubah dari tidak mampu berpikir abstrak mengenai
dunianya menjadi mampu. Perubahan dalam perkembangan ini bersifat kualitatif
atau diskontinu, bukan perubahan yang bersifat kuantitatif atau kontinu.
g) Pengalaman
dini dan lanjut
Masalah
pengalaman dini-lanjut memusatkan studi pada tingkat di mana pengalaman masa
dini (terutama pada masa bayi) atau masa lebih lanjut merupakan determinan
kunci dari pekembangan anak. Yaitu, jika
bayi mengalami kejadian yang berbahaya. Bagi mereka yang menekankan pengalaman
dini, hidup merupakan jalan yang tidak terputus di mana kualitas psikologis
dapat dilacak kembali jejaknya hingga ke asal-usulnya. Sebaliknya, bagi mereka
yang menekankan pengalaman lanjut, pertumbuhan itu seperti sungai, terus-menerus
mengalir (John W. Santrock, 2007:22-23).
Sementara
untuk memenuhi pola perkembangan, berbagai fakta tertentu yang sifatnya
fundamental masih harus dipertimbangkan. Masing-masing fakta ini mempunyai
implikasi penting sebagai berikut ( Elizabeth B. Hurlock, 2002:5-9).
a) Sikap
kritis pada dasar-dasar permulaan,
b) Peran
kematangan dan belajar dalam perkembangan,
c) Perkembangan
mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan,
d) Semua
individu berbeda,
e) Setiap
tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik,
f) Setiap
tahap perkembangan mempunyai risiko,
g) Perkembangan
dibantu rangsangan,
h) Perkembangan
dipengaruhi oleh perubahan budaya, dan
i)
Harapan sosial
pada setiap tahap perkembangan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam
dunia psikologi perkembangan terdapat isu-isu penting yang sampai saat ini
masih diperdebatkan oleh para ahli. Isu-isu penting di sini diartikan sebagai peristiwa
berpengaruh yang dapat diperkirakan pada masa mendatang untuk ditanggapi dan
bersifat pokok serta harus diselesaikan dalam kajian psikologi perkembangan.
Ada
beberapa isu-isu penting yang dibahas, antara lain sifat dasar pada diri
manusia, sifat kualitatif dan kuantitatif perkembangan, kontribusi nature dan
nurture pada perkembangan manusia, esensi dari perkembangan, stabilitas dan
perubahan, kontinuitas dan diskontinuitas pada perkembangan, dan pengalaman
usia dini.
DAFTAR
PUSTAKA
Desmita. 2013. Psikologi
Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Guest, Andrew. 2007. Taking
Sides: Clashing Views in Lifespan Development. Dubuque: McGraw-Hill.
Gunarsa, Singgih. 2003.
Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth.
2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Miller, Patricia. 2011.
Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publishers.
Papalia, Diane, Ruth
Duskin Feldman, dan Gabriela Martorell. 2012. Human Development. New York: McGraw-Hill.
Passer, Michael, Ronald
E. Smith. 2007. Psychology: The Science of Mind and Behaviour. New York: McGraw-Hill.
Santrock, John. 2007. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John. 2012. Life-Span
Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar